Saturday, February 10, 2018

Siswaku : Kerja dulu baru Sekolah





Mungkin terkesan ironis memang kalau membaca dari judul tulisan kali ini. Tapi, ini bukanlah cerita fiksi karangan. Ini adalah cerita nyata yang aku temukan di tempat kerjaku di perkebunan ini. Pertama kali nyampe di perkebunan ini bukanlah perasaan bahagia yang kumiliki. Tears are streaming down on my face. Kenapa ? Sinyal yang payah membuat aku nggak bisa apa-apa, termasuk update blog ini, ditambah lagi akses ke pasar tradisional  harus menempuh jarak 7 Km, nggak ada angkot sama sekali. Kalo mau keluar ya numpang naik truck pengantar buah sawit. Kehidupan disini sangatlah keras. Bisa kulihat diwajah siswa-siswiku setiap harinya.
Bayangkan saja, banyak sekali siswa ini yang sudah seharusnya duduk dibangku SMA, bahkan di universitas  kalau dilihat dari segi umur. Sedikit nostalgia, aku berumur 15 tahun masuk SMA, dan berumur 17 tahun masuk  kuliah. Namun, melihat mereka. Awalnya, aku terkejut.tapi kutanya mereka, “ah, ini sudah biasa miss. Kan kerja dulu baru sekolah”, begitulah jawab mereka sambil tertawa. Awalnya aku sangat miris dengan jawaban itu. Memang betul, kebanyakan siswa ini selalu membantu orangtuanya di kebun sepulang sekolah, bahkan tak jarang mereka tidak sekolah hanya untuk mengejar HK. Terkadang, siswa memiliki absen yang lebih banyak daripada kehadiran setiap bulannya. Tanpa keterangan. Kalau ditanya kenapa tidak sekolah mereka hanya menjawab, ngancak miss, bantuin orangtua di kebun. Makanya, walaupun baru anak SMP, postur tubuh siswa-siswiku sudah seperti orang dewasa. Kalau sudah begini, nokok kepalanyapun sudah tak wajar. Gile, badannya  lebih besar dari Bapak/Ibu Guru. 
Aku memang maklum dengan kehidupan mereka yang sangat keras. Uang sekolah yang sangat mahal tentu mencekek leher mereka. Bayangkan saja, kalau 1 keluarga memiliki 3 orang anak untuk sekolah. Hanya untuk biaya SPP saja sudah mahal, ditambah lagi biaya lainnya. Aku juga jarang menjumpai mereka jajan. Tak jarang siswa disini harus pindah sekolah karena orangtuanya sudah tak sanggup lagi bekerja. Dengan kata lain, kalau tak kerja maka tak makan. Tak kerja maka tak sekolah. Tidak ada kata malas-malasan bagi masyarakat disini.
Namun, semangat mereka untuk sekolah sangatlah luar biasa. Walaupun tinggal diperkebunan, namun mereka siswa-siswi yang memiliki mental baik, berani, jujur, dan ramah. Mereka selalu semangat untuk menginjakkan kakinya ke sekolah. Itulah yang membuat aku selalu bersemangat mengajar. Aku tidak mau kalah dong sama anak ABG. Kalau mereka saja bisa bertahan, kenapa aku nggak ?. I am stronger now.
Dulu, awal aku bekerja di perkebunan ini, aku tertawa melihat mereka naik truck ke sekolah. Setiap truck afdeling mengantarkan siswa ke sekolah. Ini adalah pemandangan sehari-hari. Sebenarnya, aku bukanlah orang kota, namun melihat pemandangan ini tentulah cukup  geli bagiku. Namun, kusimpan dalam hati. Akhirnya, aku juga harus merasakan naik truck juga, cuman beruntungnya aku nggak di gerobaknya. Ya, aku sudah biasa naik truck. Kebun antar kebun. Mataku saja sudah ijo, memandang hamparan kebun sawit yang tidak ada ujungnnya. Jangan bayangkan jalannya yang beraspal. Syukur kalau tidak hujan, kalo hujan bisa putus jalannya.
Hidup di perkebunan ini juga memaksaku untuk beradaptasi. Jumpa ular ditengah jalan juga sudah biasa. Cuman, aku nggak kuat kalau masalah hewan yang satu ini. Bisa bikin jantungku berhenti berdetak. Ya, sudah beberapa kali aku melihat ular secara langsung di perkebunan ini. Ah, sungguh pengalaman yang bisa dibilang menarik. Kehidupan di perkebunan ini memaksaku menjadi orang kebun juga. Bukankah pahit manisnya hidup harus dijalani?
Semoga masih bisa bertahan di areal perkebunan ini ya.

Salam Sukses
Guru Indonesia
Tetap Berkarya

2 comments:

  1. Tetap semangat untuk mencerdaskan anak Indonesia bu guru.

    ReplyDelete
  2. Tetap semangat untuk mencerdaskan anak Indonesia bu guru.

    ReplyDelete