Thursday, December 29, 2016

Pola Asuh Paham Etika pada Batita

Tio

Memiliki anak adalah hal yang terindah. Tapi saat ini, saya memang belum memiliki anak dan belum menikah. Tetapi, saya memiliki keponakan kecil bernama Tio. Nah, tio ini adalah batita yang saat ini berusia satu tahun 3 bulan. Nah, perkembangannya yang pesat membuat kakak saya begitu kewalahan, maklum lagi hamil anak kedua. Jadilah, saya sebagai tantenya juga mengurus Tio. Saya memang tipe orang yang sangat menyukai anak-anak, terutama balita. Siapa sih yang nggak suka sama mahluk kecil yang bikin orang pangling? Mengasuh Balita memiliki cerita tersendiri, baik manis dan kadang-kadang menjengkelkan. Tapi dijamin seru abiss.
Oke kok jadi ngawur sih ceritanya. Kembali ke laptop (dengan suara khas mas tukul ). Jadi Tio, kesayangan ante sekarang sudah bisa banyak hal. Terutama berjalan tapi belum bisa berlari cepat. Maklum anak ini lumayan gemuk. Semenjak mamanya hamil, dia sudah tidak dapat ASI lagi, jadi diganti dengan susu formula. Selain berjalan, Tio juga sudah bisa menjawab mengucapkan banyak kata diantaranya, papa, tata/ kakak, atut/ takut, dan sebagainya. Dia juga sudah bisa memanggil nama orang dan mengenali nama orang sekitar.
Yang paling saya suka adalah Tio sangat suka disekitar banyak orang. Dan semenjak bayi dia sudah terbiasa dengan orang. Artinya, dia tidak akan menangis bila digendong oranglain. Makanya, dia memiliki banyak teman meski usianya baru seumur jagung. Saya paling suka sama Tio, dia adalah anak mahluk cerdas dan ekspressif sekali. Biasanya, kalau lagi menemani main, trus saya pakai handhone, dia sering megang Hp saya. Dan karna sudah kebiasaan diajakin selfie, maka ketika saya megang Hp, langsung deh dia menyita Hp saya.
Terkadang saya nggak kasih dan dia akan berlalu dan menangis. Biasanya, saya sering menunjukkan video-video lucu anak-anak sehingga dia akan tertawa, kadang nyanyian anak, sampai suara Tom Cat. Hasilnya, seru sekali, Tio sangat nyaman ketika bermain. Saya sering mengatakan kosakata baru. Misalnya kami sedang bermain dan ada seekor kucing lewat. Maka saya akan bilang, “Itu Kucing ! pushh..push. maka dia akan menatap saya dan meilihat mulut saya. Biasanya cara ini akan menambah kosakatanya setiap hari. Maka, ketika keesokan harinya dia melihat kucing, maka dia akan bilang, ushhh...ushh

Tio and I

            Pernah suatu saat, Tio makan permen karna saat itu saya baru beli permen. Dia lalu minta pakai tangan kiri. Maka, saya ajarin Tio dengan lembut pakai tangan. Saya lalu bilang, “ nanti kalo pakai tangan kiri, ante nggak kasih, maka tangan manisnya?, sambil menunjuk tangan kanannya. Lalu, dia akan meminta dengan tangan kanannya. Terus setelah saya beri permen. Dia pasti senang sekali. Tapi, saya langsung bilang, “ bilang apa cantik?”. Tio akan kebingungan karna belum diajarin, maka saya bilang,” makasih tantee. Maka dia akan membalas, “ maacih.... sambil tersenyum. Nah, senyumnya ini nih yang bikin saya meleleh dan makin sayang.
            Nah, semenjak saya ajarin dan dibiasakan meminta dengan tangan kanan dan mengucapkan terimakasih, Tio sudah terbiasa dengan ucapan tersebut. Nah, batita memang harus diajarkan dengan etika sopan santun sehingga dia akan terbiasa.

Pengertian batita
Menurut Soetjiningsih (2004) Batita adalah satu istilah untuk anak berusia lima tahun kebawah. Dimana anak sedang mengalami tumbuh kembang. Pada usia ini, batita merupakan masa keemasan atau golden age yaitu batita aktif dalam mengawali proses pelajaran ke sekolah, PAUD.
Salah satu point penting yang dapat diajarkan kepada batita adalah sopan santun. Anak yang memiliki sopan santun pasti memiliki karakter baik dan kecerdasan diatas rata-rata. Tak bisa dipungkiri bahwa Pendidikan sopan santun berasal dari keluarga untuk pertama kalinya. Dimana anak lebih banyak menghabiskan banyak waktu. Sikap anak mencerminkan didikan keluarganya. Anak yang bersikap jorok tentu tidak jauh dari sikap keluarga yang buruk. Salah satu sifat anak-anak adalah imitate yang berarti peniru. Jadi, anak akan meniru perilaku orang-orang disekitarnya.
            Menurut Vigotsky, salah satu ahli psikologi Amerika menyebutkan sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Sopan santun dapat diajarkan sejak dini terhadap anak-anak. Banyak cara mengajarkan sopan santun, misalnya, mengucapkan salam, mengucapkan terimakasih, maaf. batita akan senang belajar dalam kehidupan sehari-hari dan tak menutup kemungkinan bahwa batita kerap melakukan kesalahan. Sebagai orangtua, kita harus maklum akan hal ini. Kita tidak boleh langsung menghardik atau membuat mereka menjadi takut berkembang. Ingat kesalahan akan menjadi pelajaran bagi batita. Bila kita marah langsung didepan mereka, maka kita sama saja menghambat perkembangan anak. Kita bisa mengajarkan sopan santun dengan kelemahlembutan kepada batita. Bila batita melakukan kesalahan dengan sengaja, maka kita harus beri pelajaran. Ajarkan bagaimana caranya, bila memang masih bandel beri peringatan, kemudian bila tidak ada unsur jera, bisa diberi hukuman. Misalnya, tidak akan dibelikan permen, atau tidak boleh nonton film kartun kesayangannya sampai dia berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Orangtua harus ekstra sabar menghadapi si kecil.
            Batita kerap memiliki etika makan yang salah. Tak bisa dipungkiri, terkadang batita juga pilih-pilih makanan yang mereka sukai. Seperti keponakan saya, ketika makan, Tio akan memegang cangkir dan menggulingkannya. Nah, mulai dari dini harus kita tanamkan aturan sehingga dengan berjalannya waktu, akan semakin mudah mengerti bagaimana cara makan yang baik. Semenjak itu, saya akan menjauhkan cangkir dari jangkauannya. Dan ketika Tio minum, saya akan memegang cankirnya sehingga cangkir tidak akan jatuh lagi.
            Selain mengajari sikap sopan santun pada anak, berilah perhatian kepada anak dengan memperhatikan kebutuhan anak. Jangan lupa untuk memberikan pujian terhadap anak supaya anak merasa senang dan tetap nyaman. Contohnya, ketika Tio sudah habis makan maka saya akan bertepuk tangan. Nah, hal ini menunjukkan pujian karna dia sudah menghabiskan makanannya. Dengan begitu, potensi anak terus berkembang. Selain mengajari anak berbagai hal, jangan lupa untuk mengajari anak belajar agama sejak dini, misalnya berdoa atau bisa juga menceritakan cerita tokoh agama yang berkarakter baik, supaya anak tetap tumbuh dan taat pada agama. Ajarkan lah anak-anak etika dan ajaran yang baik.

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam GIVEAWAY Happy Mom- YasMarina

            

2 comments:

  1. Terima kasih atas partisipasinya, Mba. Semoga sukses :)

    ReplyDelete
  2. Yess! Sepakat Kak. Attitude baik berupa sopan santun misalnya memang jadi pondasi awal bagi anak. Pintar, cantik/tampan, berbakat, itu urusan belakangan. Yang penting attitude oke, yang lain akan menyusul :)

    Btw, aku ikutan giveaway ini juga Kak. Mampir ya. hihiii

    www.inokari.com

    ReplyDelete