Masih jelas dibenakku kejadian 3
tahun lalu tepatnya bulan september 2013
.Saat itu Ayah muntah-muntah tak karuan .Dia berguling dan menjerit menahan
sakit pada perutnya .Kami sekeluarga sangat ketakutan .Apalagi aku , aku tidak
tega melihatnya menderita seperti tiu .Aku dan Ibu langsung membawa ayah ke
rumah sakit yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah .Aku membonceng ayah dan
Ibuku dengan kereta bebek .Segera kami bawa dia keruangan dan di puskes hanya
ada perawat dan bidan .Ayah segera diperiksa , kulihat wajahnya sudah pucat
kekuningan .Beberapa menit kemuan dokter datang dan langsung memberi
pertolongan .Dokter kasih ayah obat ketika di pusket dan Ayah berhenti
muntah-muntah .
Sang dokter segera berbicara kepada
kami bertiga yaitu Aku dan Ibu .Dokter mengatakan adanya gejala atau penyakit
dalam perut ayah tapi belum bisa dipastikan karna alat-alat medis sangat terbatas
di puskesmas jadi pasien harus dirujuk ke rumah sakit .Waktu itu , sang dokter
segera menulis surat rujukan ke rumah sakit Pangururan sekitar 42 km dari
puskesmas .Segera lah ayah dan Ibu berangkat kerumah sakit .Kebetulan saya
tidak ikut bersama mereka karna saya harus mengurus ke 4 adik saya yang masih
sekolah . Saya segera kembali pulang kerumah mempersiapkan selimut dan termos
kecil untuk di bawa oleh Ibu ke rumahsakit.
Pada hari itu juga , Ibu dan ayah
pergi ke pangururan menggunakan angkot .Ayah segera diberi obat-obatan karna
kondisinya sangat memprihatinkan .Segera dokter memeriksa keadaanya , nama
dokter itu adalah dr.Adrianus .Ayah
tidur setelah minum obat . Ketika malam pertama di rumah sakit ,lampu padam dan
ayah kumat lagi , dia terus menangis dan memegangi perutnya .Ibu berlari memanggil
perawat dan dokter , Ketika hendak berjalan di lorong , Ibu melihat sosok wanita rambut
panjang tetapi kakinya tidak menyentuh lantai sama sekali .Dia terkejut dan
kembali masuk ke dalam kamar , dia menemukan ayah yang sedang membuka infus
yang terpasang .Perawat dan dokter segera datang , perawat segera memasang
kembali selang infus ke tangannya ayah .Ibu mulai menangis .Tak ada yang keluar
dari bibirnya.Air matanya deras tak karuan .
Paginya ibu sempat menggambil resep
dokter dan membeli obat di apotek , walaupun ayah punya askes (asuransi
kesehatan ) hal itu rupanya tidak berlaku di rumah sakit. Semua harus dilakukan
dengan uang tunai .Intinya ada uang ada obat .Segera lah ibu menjualkan cincin
yang dipakainya .Dia segera menebus obat untuk ayah .Tak lama setelah itu ,
keadaan ayah semakin memburuk ,Pasien kejang-kejang dan muntah .Ibu
teriak-teriak kembali .Dokter memeriksa keadaan ayah dan menyuntiknya .Setelah
itu Ibu diajak oleh dokter untuk mengobrol .Dokter tidak bisa mengangani pasien
secara detail karna peralatan yang terbatas lagi-lagi kendalanya hanya itu
.Memang belum ada rumah sakit dengan fasilitas baik di kabupaten ini .Kemudian
ayah dirujuk kerumah sakit bahkan rumah sakit sempat menawarkan memakai mobil ambulance tetapi harus bayar Rp.1.400.000.Ibu tidak punya uang sama sekali sehingga mereka pergi naik taxi .
Ayah dirujuk ke rumah sakit Adam
malik ,Medan .Ayah sudah tak sadarkan diri ketika dibawa kerumah sakit .Jujur
saya , aku bersama adik menagis mendengar suara ayah di telepon yang bilang
supaya rajin-rajin belajar dan baik-baik .Kami semua menangis ,Aku tidak tega
melihat adikku yang masih kecil-kecil ,segera kupeluk mereka.Hatiku sangat
sakit mendengarnya .Jiwaku seperti tenggelam dilautan dalam ketika mendengar
suaranya .Duniaku terasa gelap , aku lumpuh .Apakah aku akan kehilangan sosok
ayah dalam hidupKu ? Bukankah ini masih terlalu diri untukku ? Untuk
adik-adikku ? Hanya tangis yang ku bisa saat ini .Telepon itu langsung putus .Sesaimpainya di rumah sakit,Ayah langsung
dibawa ke ruangan dan diperiksa oleh dokter .Jujur saja , begitu banyak pasien
yang bertebaran di lantai rumah sakit ,mungkin tidak ada lagi tempat untuk
menampung mereka .
Dokter segera mencek darah dan
sebagainya .Setelah sehari laboratorium mengatakan bahwa ayah menderita ‘’Batu
Ginjal’’ dan batu ginjal itu sudah besar , maka solusi satu-satunya adalah
melakukan operasi .Resiko harus ditanggung .Ayah sudah sekarat maka Ibu
langsung setuju untuk tanda tangan .Setelah berhari-hari puasa dan ayah harus
diperiksa dengan berbagai macam dengan radiologi ,foto sinar x , periksa
jantung dan banyak produser sebelum operasi .
Tidak henti-hentinya kami berdoa
supaya ayah tetap bertahan .Saya paling tidak bisa menahan kesedihan ini , saya
orang yang sangat sensitif .Ketika ditanya orang , bagaimana keadaan ayah ,
maka saya selalu menangis , suara selalu mengiang-ngiang ditelinga saya .Saya
selalu puasa dan berdoa untuk kesembuhan ayah .Dan keajaiban pun terjadi ayah
berangsur-angsur pulih dan dapat berjalan .Ini adalah Muzizat dari Tuhan .Dia
menyelamatkan ayah dari maut .
Inilah pengalaman saya yang paling menyakitka , bukan sekedar patah hati lagi , tapi setengah jiwa saya pergi .Tapi Tuhan mendengar doa saya .
‘’Tulisan
ini diikutsertakan Giveaway -Pameran Patah Hati –‘’
No comments:
Post a Comment