By S J MUNKIAN
Resensi buku
Mungkin, ketika mendengar kata maneken wajah kita akan
mengerut. Maneken adalah benda mati, bagaimana bisa dijadikan sebuah cerita
yang menarik? Karna maneken adalah benda mati yang terpajang di toko-toko untuk
menarik perhatian para pembeli. Buku ini menyajikan bahasan cerita yang
menarik, sang penulis tergolong sukses dalam merangkai cerita tentang claudia,
sang maneken yang sedang berjuang membuat mimpinya menjadi nyata.Claudia yang
dipajang di etalase sebuah toko busana milik Sophie claudia Fleur. Toko busana
yang sangat terkenal dan sangat berpengaruh di kota tersebut.
Ketika itu, hanya seorang Claudia yang berada dalam
etalase dan dia menamai etalase tersebut, milikku, tetapi pada kenyataannya,
ada satu maneken yang diletakkan persis di samping Claudia, sekarang tak hanya
dia salam etalase tersebut, dia sudah berbagi tempat dengan maneken lainnya
bernama Fereli, maneken laki-laki. Pada awalnya, claudia merasa asing dan tidak
suka berbagi tempat dengan Fereli, maneken asing, tetapi apa boleh buat. Lama
kelamaan, ada rasa yang tumbuh antara mereka berdua. Maneken claudia dan Fereli
menjadi ikon toko Sophie, Medilon Shakespeare. Banyak pelanggan yang
berdatangan dan tertarik berbelanja karna sepasang maneken tersebut. Tentu saja
sang pemilik, Sophie senang sekali melihatnya. Maneken tersebut seolah-olah
sepasang kekasih yang hidup, keduanya sangat indah. Banyak komentar bagus
mengenai kedua maneken tersebut.
Namun seiring berjalannnya waktu, Sophie sang pemilik
toko memiliki masalah yang serius berat, sehingga dia sangat frustasi. Dia
melampiaskan amarahnya terhadap semuanya termasuk kedua maneken yang tak bersalah itu claudia dan fereli.Sebenarnya
apa sih masalah sophie sampai-sampai dia rela melampiaskan amarahnya kepada
ikon kebanggaan Medilon Shakespeare tersebut?
Apa yang terjadi
terhadap claudia dan fereli? Apakah mereka berpisah atau bagaimana? Mampukah
sophie mengendalikan emosinya?
*****
Kau kira hanya manusia saja yang memiliki obsesi terhadap
cinta? Jangan membuatku tertawa. Akupun sebagai benda yang dipajang di sebuah
toko punya obsesi itu dan memperjuangkannya.
Buku ini memang menarik untuk disimak karna cerita yang
dihadirkan lewat maneken yang membuat hampir tak percaya, kok bisa ya? Bagaimana
penulis menuangkan idenya, kenapa harus maneken, benda mati? Buku ini memang
akan membuat pembaca berimajinasi tinggi, membayangkan sepasang maneken
layaknya sepasang kekasih hidup di dunia nyata.
Tokoh ‘’aku’’ sebagai orang pertama yaitu claudia maupun
fereli, sang maneken.Karakter tokoh juga sangat kuat. Tokoh claudia memiliki
karakter yang suka berfantasi/ suka membayang-bayangkan sesuatu dan sifatnya
yang sangat sensitif dan cuek, buktinya ketika satu etalase dengan fereli, dia
sangat tidak suka.Sedangkan karakter Fereli tergolong ‘’cool’’ karna dia tidak
terlalu banyak ngomong, tetapi pembawaannya santai. Karakter Sophie yang super
perfectionis pengen tampil selalu sempurna.Setting cerita lebih banyak di toko
etalase.
Menurut saya, Cerita ini termasuk dongeng masa
kini,dipadukan dengan romansa percintaan yang membuat kita membayangkan
sepasang maneken yang dimabuk cinta tak ingin berpisah dan ingin memperjuangkan
cinta yang ada.Banyak pesan moral dalam cerita ini seperti Jangan memperlakukan
benda mati dengan sesuka hati, karna kita pasti membutuhkannya. Hargai dan jagalah karna kita juga memerlukan benda mati.Tertarik
membacanya? Ayo segera miliki bukunya.
No comments:
Post a Comment