Wednesday, May 25, 2016

Maneken


            

By S J MUNKIAN
Resensi buku


Mungkin, ketika mendengar kata maneken wajah kita akan mengerut. Maneken adalah benda mati, bagaimana bisa dijadikan sebuah cerita yang menarik? Karna maneken adalah benda mati yang terpajang di toko-toko untuk menarik perhatian para pembeli. Buku ini menyajikan bahasan cerita yang menarik, sang penulis tergolong sukses dalam merangkai cerita tentang claudia, sang maneken yang sedang berjuang membuat mimpinya menjadi nyata.Claudia yang dipajang di etalase sebuah toko busana milik Sophie claudia Fleur. Toko busana yang sangat terkenal dan sangat berpengaruh di kota tersebut.
            Ketika itu, hanya seorang Claudia yang berada dalam etalase dan dia menamai etalase tersebut, milikku, tetapi pada kenyataannya, ada satu maneken yang diletakkan persis di samping Claudia, sekarang tak hanya dia salam etalase tersebut, dia sudah berbagi tempat dengan maneken lainnya bernama Fereli, maneken laki-laki. Pada awalnya, claudia merasa asing dan tidak suka berbagi tempat dengan Fereli, maneken asing, tetapi apa boleh buat. Lama kelamaan, ada rasa yang tumbuh antara mereka berdua. Maneken claudia dan Fereli menjadi ikon toko Sophie, Medilon Shakespeare. Banyak pelanggan yang berdatangan dan tertarik berbelanja karna sepasang maneken tersebut. Tentu saja sang pemilik, Sophie senang sekali melihatnya. Maneken tersebut seolah-olah sepasang kekasih yang hidup, keduanya sangat indah. Banyak komentar bagus mengenai kedua maneken tersebut.
            Namun seiring berjalannnya waktu, Sophie sang pemilik toko memiliki masalah yang serius berat, sehingga dia sangat frustasi. Dia melampiaskan amarahnya terhadap semuanya termasuk kedua maneken yang tak  bersalah itu claudia dan fereli.Sebenarnya apa sih masalah sophie sampai-sampai dia rela melampiaskan amarahnya kepada ikon kebanggaan Medilon Shakespeare tersebut?
Apa yang terjadi terhadap claudia dan fereli? Apakah mereka berpisah atau bagaimana? Mampukah sophie mengendalikan emosinya?

                                                                        *****
Kau kira hanya manusia saja yang memiliki obsesi terhadap cinta? Jangan membuatku tertawa. Akupun sebagai benda yang dipajang di sebuah toko punya obsesi itu dan memperjuangkannya.

            Buku ini memang menarik untuk disimak karna cerita yang dihadirkan lewat maneken yang membuat hampir tak percaya, kok bisa ya? Bagaimana penulis menuangkan idenya, kenapa harus maneken, benda mati? Buku ini memang akan membuat pembaca berimajinasi tinggi, membayangkan sepasang maneken layaknya sepasang kekasih hidup di dunia nyata.
            Tokoh ‘’aku’’ sebagai orang pertama yaitu claudia maupun fereli, sang maneken.Karakter tokoh juga sangat kuat. Tokoh claudia memiliki karakter yang suka berfantasi/ suka membayang-bayangkan sesuatu dan sifatnya yang sangat sensitif dan cuek, buktinya ketika satu etalase dengan fereli, dia sangat tidak suka.Sedangkan karakter Fereli tergolong ‘’cool’’ karna dia tidak terlalu banyak ngomong, tetapi pembawaannya santai. Karakter Sophie yang super perfectionis pengen tampil selalu sempurna.Setting cerita lebih banyak di toko etalase.

            Menurut saya, Cerita ini termasuk dongeng masa kini,dipadukan dengan romansa percintaan yang membuat kita membayangkan sepasang maneken yang dimabuk cinta tak ingin berpisah dan ingin memperjuangkan cinta yang ada.Banyak pesan moral dalam cerita ini seperti Jangan memperlakukan benda mati dengan sesuka hati, karna kita pasti membutuhkannya. Hargai  dan jagalah  karna kita juga memerlukan benda mati.Tertarik membacanya? Ayo segera miliki bukunya.

No comments:

Post a Comment