[Keterangan Buku]
Cover Metafora Padma |
Judul: Metafora Padma
Penulis: Bernard Batubara
Editor: Siska Yuanita
Desain Sampul Eka Kurniawan
Ilustrasi Isi: Egha Latoya
Jenis Buku: Fiksi Kumpulan Cerpen
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2016
ISBN 978-602-03-3297-0
Penulis: Bernard Batubara
Editor: Siska Yuanita
Desain Sampul Eka Kurniawan
Ilustrasi Isi: Egha Latoya
Jenis Buku: Fiksi Kumpulan Cerpen
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2016
ISBN 978-602-03-3297-0
“Kamu harus tahu, Harumi sayang. Pada zaman ketika kekerasan
begitu mudah dilakukan, hal terburuk yang bisa dimiliki seseorang adalah
identitas.”
[Review]
Sebelumnya, aku cukup merasakan tanda tanya dengan cover
Bunga mawar merah itu. Entah kenapa bunga itu menarik perhatianku. Kelopak bunga
yang rontok menjadi teka-teki cerita. Kemudian ketika membaca sinopsis, aku
merasa buku ini sangat menarik. Jadilah aku melahap Metafora padma dalam sekali
duduk saja. Namun, cerita itu bukan hanya sekali duduk. Aku cukup merenung
dibuatnya.
“Bukankah setiap rumah memiliki
sejarah gelapnya masing-masing dan setiap manusia tetap akan pulang ke
rumahnya, berdamai dengan masa lalunya sendiri?” (hal. 58)
Awalnya, aku tidak menyangka, but surprised buku ini
berisi tentang 14 cerpen yang berbeda. Yang paling unik adalah buku ini banyak
mengungkap luka lama, pembunuhan, dan kisah lainnya yang terkadang bikin saya
merinding. Pada cerpen pertama yang berjudul Perkenalan saya dikenalkan dengan Kisah
Harumi yang begitu menyayat hati. Kisah kelamnya dengan orangtua yang berbeda
suku. Tak hanya itu ada juga kisah cinta, perselingkuhan dan dilema soal
ketuhanan sampai perbedaan prinsip dalam hidup untuk mencari kebahagiaan. Berbagai
macam cerita diangkat sang penulis dan buku ini sukses membuat saya merenung
sejenak.
Tak sepenuhnya cerita berdarah atau horor yang membuat
pembaca merinding, penulis juga menyisipkan cerita romansa dalam buku ini. Saya
juga menemukan cerita yang cukup menggelitik yaitu cerpen berjudul Suatu Sore, cerita
si penyembah ulat bulu yang mencari hamba ulat bulu dalam perjalanannya. Terus terang
saya cukup geleng-geleng kepala dalam membaca dan membayangkan cerita ini.
Bagian favorit saya adalah cerita Hanya pantai yang
Mengerti. Seorang wanita yang memilih berpindah kelain hati untuk kebahagiaan
versi dirinya. Aku suka sekali dengan latarnya pantai, tampak sejuk dan alami. Kemudian
cerpen kanibal, yang cukup menyita perhatian dengan tokoh yang memotong jari
tangannya dengan pisau dan kapak. Hihi.... serem
Segala karakter dalam tokoh sangat hidup dan memiliki
kisah masing-masing. Bertemakan waktu pada zaman dahulu membuat saya serasa
membaca karya anak pujangga yang sangat mahir akan syair. Gaya kepenulisan sangat
apik membuat saya cepat dengan mudah menangkap isi cerita.
Begitu banyak pesan yang ingin disampaikan sang penulis
dalam setiap ceritanya. Ada makna tersirat maupun tersirat dalam setiap cerita.
Overall aku suka sekali dengan buku ini. Buku ini membuat
saya membuka mata sekaligus memberikan pemikiran tentang sejarah dimasa lampau.
Rating :
4 stars of 5
[Tentang
Penulis]
Bernard Batubara |
Bernard Batubara atau
biasa disebut Bara adalah penulis penuh-waktu, yang lahir 9 Juli 1989 di
Pontianak, Kalimantan Barat; kini tinggal di Yogyakarta. Bara belajar menulis
puisi, cerita pendek, dan novel sejak 2007. Buku-bukunya yang telah terbit: Angsa-Angsa Ketapang (2010), Radio Galau FM (2011), Kata Hati (2012), Milana (2013), Cinta. (2013), Surat untuk Ruth (2013), Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh
Diri (2014),
dan Jika Aku Milikmu (2015). Radio Galau FM dan Kata Hati telah diadaptasi ke layar lebar. Buku
terbarunya terbit Agustus 2016, kumpulan cerita Metafora Padma.
kakak baca novel ini buku cetak atau ebook. Jadi kepengen baca aku kak.
ReplyDelete