Wednesday, September 14, 2016

Takdir Si Mukti




Pagi itu, Mukti mulai mnyusun rencana. Setelah bertanya banyak hal kepada nenek satu-satunya yang masih hidup. Malam itu, Mukti berusaha keras memulai semuanya dari mana. Jadilah dia berencana pergi ke kota bandung. Disana ia berangkat naik kereta api. Dia sudah bertekad akan mencari tahu asal-asulnya. Menurutnya, selain mencari silsilah keluarganya, dia juga menikmati perjalanan itu.
Mukti akhirnya sampai di desa wedon, sebuah desa yang masih jauh dari keramaian. Untuk sampai kesitu, Mukti membutuhkan perjuangan yang keras. Dia bertanya kepada banyak orang. Akhirnya, perjuangannya menghantarkan dia kesini.
Malam itu, dia menginap di tempat mbah Diah salah satu sesepuh keluarga. Mbah diah banyak bercerita malam itu. Suasana di desa wedon memang sangat sepi dan mencekam. Tak ada suara ribut lainnya yang ada hanya suara jangkrik dan suara malam yang membuat Mukti ingin bersembunyi didalam selimut.
Setelah mengantuk, dia pun tidur karna sudah kelelahan. Paginya, dia berjalan-jalan keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Suasana di desa sangat menyenangkan. Tampa sengaja, Mukti sedang memperhatikan seorang gadis yang elok parasnya sedang menyiram kembang di halaman rumahnya. Mukti sempat pangling dibuatnya. Dia memperhatikan gadis itu dengan seksama. Wajahnya halus dan cantik.
Segera Mukti berlalu agar tak ketahuan memperhatikannya. Tapi tiba-tiba perempuan itu bersuara
“Akang, orang baru disini yah?”
“Iya neng, jawab Mukti gelagapan”
“Oh, iya baru lihat soalnya, jawab gadis itu lembut.
Mukti segera berlalu tanpa ada perkenalan diantara mereka berdua.
Paginya, sesampai dirumah, Mukti sudah disuguhi oleh berbagai macam makanan diatas meja. Mbok Diah sudah mempersiapkan semuanya sejak Mukti meninggalkan rumah. Mereka kemudian makan bersama.
Ketika mbok diah dan Mukti ingin pergi mengunjungi makam, suara pintu diketok dari luar.
Si mbok mempersilahkan tamu yang masuk, ternyata Dewi , gadis manis yang ditemui Mukti sewaktu menyiram kembang tadi. Gadis itu tersipu malu dan nampak sedikit terkejut melihat Mukti.
Si mbok dengan cepat memperkenalkan mereka berdua. Awalnya, Mukti berdebar-debar melihat Dewi dari dekat, dia sangat cantik sekali laksana bidadari. Kemudian, si mbok mengajak Dewi ikut ke makan bersama mereka. Dewi patuh pada si mbok.
Sesampainya dimakan, mboh diah menerangkan makam yang mereka kunjungi. Sekarang Mukti sudah mengerti dan mereka akan mengunjungi rumah Tuan adat ditanah Wedon. Yang kebetulan ayah Dewi. Selama diperjalanan, Mukti bisa menilai sosok Dewi sangat baik, halus penuturannya dan anaknya patuh. Tanpa dipungkiri, dia merasa nyaman dengan Dewi. Dewi selalu melemparkan senyum kepada Mukti. Selalu ketika mata mereka beradu pandang.
Ayah dewi sebagai tuan adat menerima dengan baik maksud kedatangan Mukti bersama mbah diah. Setelah mengetahui maksud tujuan mereka, Tuan adat segera menceritakan dahulu nenek moyang Mukti memiliki tanah di dewa Wedon, tetapi karna kehidupan yang keras di desa ini, mereka lebih memilih meninggalkan tanah kelahiran dan pindah ketempat lain. Sekalipun, mereka tidak pernah mengunjungi tanah kelahirannya.
Setelah selesai mendengar cerita tuan adat, mereka kemudian ingin melihat tanah nenek moyang mukti dulu, ternyata tanah itu masih ada sampai sekarang dan memang benar, bahwa Mukti adalah keturunan ningrat.
Keesokan harinya, mereka kembali ingin menelusuri desa Lumban, yaitu tetangga desa Wedon. Siangnya, Dewi datang membawa makanan ke rumah si mbah.
Mukti memuji kemampuan Dewi, gadis itu hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Jadilah, mereka berempat pergi ke desa Lumban. Mereka pergi naik sepeda motor, jalan masih rusak sampai pedalaman. Tuan adat yang bernama bapak Kala membonceng mbah Diah, sementara Mukti membonceng Dewi.
Selama diperjalanan, tak banyak yang Mukti dan Dewi perbincangkan, maklumlah mereka asyik dengan jalan yang hancur. Dewi memegang erat pinggang Mukti supaya tidak terjatuh. Mukti merasa nyaman dengan pelukan itu.
Setelah sampai sejam naik sepeda motor, mereka sampai di desa Lumban. Kali ini, desa ini lumayan lebih ramai ketimbang Dewa Wedon. Setelah bertanya kesana-kemari, mereka akhirnya dibawa kesebuah rumah yang sudah kelihatan tua sekali tetapi rumah tersebut masih kokoh.
Mereka menyambut kedatangan Mukti dan rombonganngannya. Mukti memperkenalkan diri, dan pemiliknya juga banyak bercerita. Dia mengatakan bahwa sudah lama menghuni rumah ini.
Kemudian setelah mendapatkan pencerahan bahwa Mukti memang benar-benar keturunan ningrat, dia merasa lega dan lebih lega lagi ternyata dia banyak memiliki keluarga ditanah lumban maupun Wedon. Dia merasa nyaman hidup di desa.
Malamnya, dia merasa kecapaian setelah siangnnya harus melewati jalan yang rusak. Dia kemudian bermimpi, dia bertemu dengan sosok gadis yang sedang dirias oleh pengantin, Mukti ingin melihat siapa gadis itu, kemudian dia terbangun dari tidurnya.
Kemudian, dia membayangkan Dewi sampai dini hari, Mukti baru tertidur lagi. Mukti memutuskan untuk tetap tinggal di Wedon sampai minggu depan, mbah Diah tidak keberatan, malah beliau merasa senang dan sudah menganggap Mukti sebagai anaknya sendiri.
Semakin hari Mukti dan Dewi sangat dekat. Keduanya sedang dimabuk cinta. Mukti mengundang kakaknya, Ayu untuk segera datang ke desa Wedon. Dua hari kemudian, Ayu datang dan diterima dengan baik oleh mbah Diah. Mukti memperkenalkan Dewi kepada Ayu. Ayu sangat senang melihat Dewi.
Mulailah mereka membicarakan pernikahan, mahal, adat dan masa depan keduanya. Malam itu rembulan bersinar dengan terangnya. Mukti duduk diteras, dia merasa takdir telah menuntunnya kepada Dewi. Kini dia sadar bahwa kutukan itu tak ada, dia merasa beruntung dan bersyukur sekali lagi.
***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway “Kreasi Cerita Novel Mengejar Mukti”


1 comment: