Pagi
itu, Mukti mulai mnyusun rencana. Setelah bertanya banyak hal kepada nenek
satu-satunya yang masih hidup. Malam itu, Mukti berusaha keras memulai semuanya
dari mana. Jadilah dia berencana pergi ke kota bandung. Disana ia berangkat
naik kereta api. Dia sudah bertekad akan mencari tahu asal-asulnya. Menurutnya,
selain mencari silsilah keluarganya, dia juga menikmati perjalanan itu.
Mukti
akhirnya sampai di desa wedon, sebuah desa yang masih jauh dari keramaian.
Untuk sampai kesitu, Mukti membutuhkan perjuangan yang keras. Dia bertanya
kepada banyak orang. Akhirnya, perjuangannya menghantarkan dia kesini.
Malam
itu, dia menginap di tempat mbah Diah salah satu sesepuh keluarga. Mbah diah
banyak bercerita malam itu. Suasana di desa wedon memang sangat sepi dan
mencekam. Tak ada suara ribut lainnya yang ada hanya suara jangkrik dan suara
malam yang membuat Mukti ingin bersembunyi didalam selimut.
Setelah
mengantuk, dia pun tidur karna sudah kelelahan. Paginya, dia berjalan-jalan
keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Suasana di desa sangat
menyenangkan. Tampa sengaja, Mukti sedang memperhatikan seorang gadis yang elok
parasnya sedang menyiram kembang di halaman rumahnya. Mukti sempat pangling
dibuatnya. Dia memperhatikan gadis itu dengan seksama. Wajahnya halus dan
cantik.
Segera
Mukti berlalu agar tak ketahuan memperhatikannya. Tapi tiba-tiba perempuan itu
bersuara
“Akang, orang
baru disini yah?”
“Iya neng,
jawab Mukti gelagapan”
“Oh, iya baru
lihat soalnya, jawab gadis itu lembut.
Mukti segera
berlalu tanpa ada perkenalan diantara mereka berdua.
Paginya,
sesampai dirumah, Mukti sudah disuguhi oleh berbagai macam makanan diatas meja.
Mbok Diah sudah mempersiapkan semuanya sejak Mukti meninggalkan rumah. Mereka
kemudian makan bersama.
Ketika mbok
diah dan Mukti ingin pergi mengunjungi makam, suara pintu diketok dari luar.
Si mbok
mempersilahkan tamu yang masuk, ternyata Dewi , gadis manis yang ditemui Mukti
sewaktu menyiram kembang tadi. Gadis itu tersipu malu dan nampak sedikit
terkejut melihat Mukti.
Si
mbok dengan cepat memperkenalkan mereka berdua. Awalnya, Mukti berdebar-debar
melihat Dewi dari dekat, dia sangat cantik sekali laksana bidadari. Kemudian,
si mbok mengajak Dewi ikut ke makan bersama mereka. Dewi patuh pada si mbok.
Sesampainya
dimakan, mboh diah menerangkan makam yang mereka kunjungi. Sekarang Mukti sudah
mengerti dan mereka akan mengunjungi rumah Tuan adat ditanah Wedon. Yang
kebetulan ayah Dewi. Selama diperjalanan, Mukti bisa menilai sosok Dewi sangat
baik, halus penuturannya dan anaknya patuh. Tanpa dipungkiri, dia merasa nyaman
dengan Dewi. Dewi selalu melemparkan senyum kepada Mukti. Selalu ketika mata
mereka beradu pandang.
Ayah
dewi sebagai tuan adat menerima dengan baik maksud kedatangan Mukti bersama
mbah diah. Setelah mengetahui maksud tujuan mereka, Tuan adat segera
menceritakan dahulu nenek moyang Mukti memiliki tanah di dewa Wedon, tetapi
karna kehidupan yang keras di desa ini, mereka lebih memilih meninggalkan tanah
kelahiran dan pindah ketempat lain. Sekalipun, mereka tidak pernah mengunjungi
tanah kelahirannya.
Setelah
selesai mendengar cerita tuan adat, mereka kemudian ingin melihat tanah nenek
moyang mukti dulu, ternyata tanah itu masih ada sampai sekarang dan memang
benar, bahwa Mukti adalah keturunan ningrat.
Keesokan
harinya, mereka kembali ingin menelusuri desa Lumban, yaitu tetangga desa
Wedon. Siangnya, Dewi datang membawa makanan ke rumah si mbah.
Mukti
memuji kemampuan Dewi, gadis itu hanya tersenyum sambil mengucapkan
terimakasih. Jadilah, mereka berempat pergi ke desa Lumban. Mereka pergi naik
sepeda motor, jalan masih rusak sampai pedalaman. Tuan adat yang bernama bapak
Kala membonceng mbah Diah, sementara Mukti membonceng Dewi.
Selama
diperjalanan, tak banyak yang Mukti dan Dewi perbincangkan, maklumlah mereka
asyik dengan jalan yang hancur. Dewi memegang erat pinggang Mukti supaya tidak
terjatuh. Mukti merasa nyaman dengan pelukan itu.
Setelah
sampai sejam naik sepeda motor, mereka sampai di desa Lumban. Kali ini, desa
ini lumayan lebih ramai ketimbang Dewa Wedon. Setelah bertanya kesana-kemari,
mereka akhirnya dibawa kesebuah rumah yang sudah kelihatan tua sekali tetapi
rumah tersebut masih kokoh.
Mereka
menyambut kedatangan Mukti dan rombonganngannya. Mukti memperkenalkan diri, dan
pemiliknya juga banyak bercerita. Dia mengatakan bahwa sudah lama menghuni
rumah ini.
Kemudian
setelah mendapatkan pencerahan bahwa Mukti memang benar-benar keturunan
ningrat, dia merasa lega dan lebih lega lagi ternyata dia banyak memiliki
keluarga ditanah lumban maupun Wedon. Dia merasa nyaman hidup di desa.
Malamnya,
dia merasa kecapaian setelah siangnnya harus melewati jalan yang rusak. Dia
kemudian bermimpi, dia bertemu dengan sosok gadis yang sedang dirias oleh
pengantin, Mukti ingin melihat siapa gadis itu, kemudian dia terbangun dari
tidurnya.
Kemudian,
dia membayangkan Dewi sampai dini hari, Mukti baru tertidur lagi. Mukti
memutuskan untuk tetap tinggal di Wedon sampai minggu depan, mbah Diah tidak
keberatan, malah beliau merasa senang dan sudah menganggap Mukti sebagai anaknya
sendiri.
Semakin
hari Mukti dan Dewi sangat dekat. Keduanya sedang dimabuk cinta. Mukti
mengundang kakaknya, Ayu untuk segera datang ke desa Wedon. Dua hari kemudian,
Ayu datang dan diterima dengan baik oleh mbah Diah. Mukti memperkenalkan Dewi
kepada Ayu. Ayu sangat senang melihat Dewi.
Mulailah
mereka membicarakan pernikahan, mahal, adat dan masa depan keduanya. Malam itu
rembulan bersinar dengan terangnya. Mukti duduk diteras, dia merasa takdir
telah menuntunnya kepada Dewi. Kini dia sadar bahwa kutukan itu tak ada, dia
merasa beruntung dan bersyukur sekali lagi.
***
Tulisan ini
diikutsertakan dalam Giveaway “Kreasi Cerita Novel Mengejar Mukti”
asyiiiik, happy ending :)
ReplyDelete