Mona, ayok makan de, cepat nasinya udah siap.
Bentar dulu ka, sinetronnya udah mulai nih, nanti aja
yah.
Mona.... lima menit kemudian. Ayo de sambil menarik
tangan Mona
Dengan ligat mona menyendok nasi dan ikan, kemudian dia berlari
kembali dan duduk manis sambil menonton di depan TV.
***
Adik saya yang masih sepuluh tahun tidak pernah
melewatkan sinetron kejar tayang balapan yang ada di Tv. Saya selalu heran
kenapa mereka sangat menyukai sinetron tersebut. Alasannya, sinetron tersebut
sangat keren, ada berbagai tema yang terkandung mulai dari percintaan, balapan,
bahkan konflik yang kadang tidak masuk akal. Tetapi sekali lagi, anak sepuluh
tahun selalu menanti –nantikan tayangan tersebut. Seperti tersihir, dia juga
mulai mengidolakan sang tokoh dan mulai berangan-angan tinggi.
Terbukti dengan menonton TV, adik saya sampai lupa
mengerjakan tugasnya. Dia akan mengambil remote TV dan menonton sinetron
kesukaannya lupa dengan belajar bahkan lupa makan.
Televisi adalah sarana elektronik yang menyediakan
berbagai macam hiburan. Saat ini, tak
terhitung jumlah sinetron yang sedang tayang. Mulai dari pagi sampai malam
sepertinya acara Tv Indonesia tak
berhenti dengan tayangan sinetron seakan-akan tak kunjung habis.
Saat ini banyak sekali hiburan yang ditayangkan di
televisi mulai dari sinetron yang sampai iklan yang bertebaran seakan-akan tidak sabar menunggu
tayangan berikutnya. Selain ditelevisi, ada juga film bioskop yang selalu
menebar pesona untuk selalu dinikmati. Memang sangat menyenangkan tinggal duduk
manis, anda bisa menikmati film favorit kesukaan ditambah dengan makan camilan ataupun minuman kesukaan anda.
Tidak ada yang salah, bagaimana seharusnya anda menikmati hiburan anda.
Saat ini, tayangan sinetron di TV cukup menyedot
perhatian. Bagaimana tidak ? acara-acara di Televisi seolah olah di isi dengan
tayangan sinetron yang tak berbobot dan tak mendidik. Bagaimana tidak, sinetron yang kurang mendidik
malah lebih banyak di siarkan, setiap hari. Coba bayangkan, jika sahabat punya
anak yang menonton film remaja. Anak cenderung akan mengalami perubahan menjadi
lebih dewasa belum waktunya. Saat ini, banyak film lebih banyak menampilkan
adegan pasangan dengan drama percintaan. Sisanya, hanya sedikit tayangan anak
kecil yang disiarkan.
Penelitian membuktikan bahwa anak kecil lebih sering
menonton Tv daripada orang dewasa. Mereka akan menonton apa saja jika tidak
mendapat pengawasan dari orangtua. Bagaimana peran orangtua menyikapi hal ini ?
siapa seharusnya yang di salahkan ? Artis, Sutradara, atau penonton ?
Sinetron-sinetron yang berada di TV telah lulus sensor dan mendapat izin resmi
penayangan yang diberikan oleh LPI yaitu lembaga Perfiliman Indonesia. Mereka
bertugas mengatur setiap film yang tanyang di TV. Lalu bagaimana jika mereka
tetap menanyangkan Acara Tv yang tidak berbobot?
Nah, kita sebagai masyarakat harus mengambil sikap. Cukup
nikmati saja acara Tv yang berbobot, selainnya jangan ditonton !
Sinetron dengan anak
Sinetron yang kurang mendidik tentu membahayakan bagi
anak. Anak dapat meniru perangai maupun penampilan artis idola mereka yang
mereka anggap keren. Bagaimana cara mengurangi dampak buruk sinetron untuk anak
kecil ?
1.
Tanamkan sikap disiplin
Anak kecil harus diajari sejak dini. Jauhkan tontonan
sinetron yang kurang mendidik kepada mereka kemudian tanamkan kepada si kecil
bahwa menonton sinetron itu tidak baik. Buatlah jadwal anak untuk menonton.
Batasi waktu mereka menonton. Misalnya anak hanya boleh menonton selama 1 jam,
setelah selesai mengerjakan tugasnya.
2.
Orangtua mengontrol sang
anak
Sebagai orangtua, tentu saja kita tak ingin anak kita
terjerumus kepada hal yang negatif. Orangtua harus senantiasa menemani sang
buah hati menonton film yang wajar. Tentu orangtua harus memilih film atau tayangan
yang cocok, menghibur serta sebagai sarana si kecil untuk belajar. Ajarkan dan
tanamkan kepada si kecil maksud dari film itu. Dengan begitu, sang anak akan
selalu merasa aman bila menonton bersama orangtuanya. Melalui cara ini,
hubungan orangtua dan anak sangat akrab.
3.
Mengganti aktivitas
menonton
Anak yang selalu menonton akan mengalami kecanduan.
Sebagai orangtua tentu kita berharap anak selalu pintar dan berprestasi.
Menonton TV, dapat membuat anak lupa segalanya, lupa makan sampai belajar.
Ganti aktivitas meonton anak dengan hal-hal yang lebih positif. Misalnya, ajak
anak bermain di luar, bernyanyi, maupun belajar. Libatkan anak dengan hal-hal
yang menyenangkan sehingga mereka merasa senang.
Ketika sinetron yang tidak mendidik selalu ditayangkan,
otomatis kita sebagai orangtua harus bertindak untuk menyelamatkan generasi
kita. Jangan mau menghabiskan waktu untuk menonton film sampah yang tidak
mendidik. Jadilah penonton yang bijaksana, anda tahu apa yang harus anda
lakukan. Jika lembaga perfiliman tidak mau menyetop film yang tidak berkualitas sama
sekali, marilah kita masyarakat indonesia menjadi penilai sekaligus
pengeksekusi film tersebut. Bagaimana caranya? Jauhkan tayangan yang tidak
mendidik itu. Jangan pernah membuka tayangan tersebut sehingga rating tayangan
tersebut akan menurun. Itu tandanya, bahwa film tersebut tak ada yang menonton.
Ingat ! Film dapat membawa pengaruh yang besar terhadap
kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan membawa pengaruh negatif. Kita cenderung
meniru artis yang kita rasa sangat keren dan kita akan mengalami kecenderungan
dalam kehidupan sosial.
Untuk itu, jangan terlalu sering manghabisakan menonton
tv dan jadilah Lembaga Sensor Film itu sediri. Gunakan waktu luang anda untuk
menonton televisi yang memang berkualitas, karna masih banyak lagi tayangan tv
yang membawa dampak positif. Tanamkan rasa disiplin dan Budaya Sensor Mandiri sejak dini. Berpikir dan bersikap kritis dalam menonton tayangan.
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition Lembaga Sensor Film
No comments:
Post a Comment